Welcome

Selamat Datang di Blog Raisa

Grafiti ama Global Warming ?

Rabu, 08 Oktober 2008 0 komentar


Masyarakat saat ini hampir tidak luput dengan akulturasi budaya. Baik dari barat maupun timur. Dan salah satu budaya yang masuk ke Indonesia dengan pesatnya adalah Hiphop. Hiphop kini menjadi suatu budaya tersendiri. Berawal dari orang-orang kulit hitam yang memang tidak suka dengan budaya-budaya bawaan kulit putih, beranjak menciptakan sebuah trend tersendiri dikalangan mereka. Dan anehnya malah, budaya yang diciptakan orang-orang kulit hitam lebih dapat diterima oleh banyak kalangan. Barat yang menyukai musik klasik yang memang terlihat elegan, terkadang sering membatasi diri. Maka lahirlah Blues, Reggae, RnB, Jazz, dan yang sangat puncak adalah Hiphop. Hiphop itu sendiri membawa kandungan gaya dan trend tersendiri. Dan yang paling digemari saat ini adalah graffiti.

Graffiti saat ini menjadi media pengekspresian diri yang pada umumnya diminati oleh remaja. Setelah Break dance dan Rap, graffiti memantapkan pesona Hiphop dibanyak kalangan. Hampir diseluruh tempat didunia terdapat graffiti. Semprot sana semprot sini, dan mengukuhkan tiap tembok-tembok kosong dijalan-jalan. Namun, budaya seperti ini tidak sepenuhnya baik, jika kita melihat efek yang ditimbulkan dari graffiti ini bisa dikatakan sangat merusak.
Proses pengerjaan graffiti membutuhkan banyak cat semprot yang biasa kita sebut dengan aerosol. Penggunaan aerosol ternyata berdampak buruk terhadap lingkungan. Pemicu yang paling utama adalah semakin mempercaepat global warming atau pemanasan global. Mengapa demikian ?

Dalam satu buah kaleng aerosol, berisi kandungan gas yang apabila menguap dapat merapuhkan ozon atau O3. dan konon lebih berbahaya ketimbang freon atau CFC. Jika pengerjaan sebuah lahan graffiti sepanjang 2 meter saja, setidaknya dibutuhkan lima kaleng cat semprot, gas yang menguap dari kaleng-kaleng tersebut membuat ozon sedikit demi sedikit terkikis. Bayangkan jika didalam satu kabupaten dalam satu hari jika ditotal mungkin bisa menghabiskan 20 kaleng cat semprot, maka jumlah yang di gunakan pada satu kota mungkin minimal 50 kaleng cat semprot. Jika dalam satu wilayah terdapat 3 kota saja kaleng yang digunakan mungkin sekitar 150-an kaleng cat semprot. Jumlah yang sangat mengerikan dapat dilihat dari jumlah kota diseluruh dunia yang melakukan aktivitas graffiti dalam satu hari saja mungkin menggunakan jutaan kaleng cat semprot.

Aktivitas semacam ini bukanlah aktivitas instan yang hanya dilakukan sekali seumur hidup. Para pelaku yang tergolong sudah addict mungkin akan melakukan kegiatan ini sepanjang tersedianya waktu dan dana. Tidak heran, jika kota yang semakin banyak terdapat graffiti kondisinya semakin panas. Selain polusi dari kendaraan bermotor, freon dan CFC dari berbagai alat pendingin, efek rumah kaca. Peran graffiti dalam mempercepat pemanasan global juga besar. Maka, bagi pelaku graffiti, saran terbaiknya adalah kurangilah kegiatan yang sebenarnya merugikan lingkungan ( Reduce ). Gunakanlah cat semprot yang aman dan ramah lingkungan (Rechange ). Beralihlah menggunakan cat tembok.

0 komentar: to “ Grafiti ama Global Warming ? so far...